Platyhelminthes salah satu filum dalam kingdom Animalia. Penamaan filum ini berasal dari bahasa Yunani, yakni platy yang bermakna pipih serta helminthes yang berarti cacing.
Dinamakan filum cacing pipih sebab anggota hewan pada filum ini merupakan kelompok hewan tanpa tulang belakang yang pada umumnya berjenis cacing pipih yang memiliki tubuh tipis yang rata antara permukaan punggung dan perut.
Berikut penjelasan tentang Filum Platyhelminthes, filum berperan sebagai parasit di lingkungannya. Yuk, simak pembahasannya.
Karakteristik Platyhelminthes
Karakteristik filum platyhelminthes Menurut Adun Rusyana dalam buku Zoologi Invertebrata (2018), karakteristik umum dari filum platyhelminthes adalah:
- Memiliki alat ekskresi sederhana, berfungsi untuk menjaga keseimbangan osmotik dengan lingkungannya
- Punya rongga gastrovaskuler dengan satu lubang
- Memiliki daya regenerasi yang tinggi
- Beberapa spesies hidup secara bebas, namun ada juga yang hidup sebagai parasit
- Tidak punya organ khusus untuk pertukaran gas
- Tidak memiliki rongga tubuh yang sebenarnya atau aselomata
- Tubuhnya bersimetri bilateral dan triploblastik (terdiri dari tiga lapisan tubuh).
Klasifikasi Platyhelminthes
Adapun klasifikasi kelas Platyhelminthes adalah sebagai berikut:
- Kelas Cestoda, yaitu jenis cacing yang memiliki bentuk seperti pita yang sebagian besar merupakan parasit pada organisme lain. Jenis cacing yang banyak ditemukan di ikan.
- Kelas Monogenea, yakni jenis ektoparasit yang banyak ditemukan dalam tubuh ikan, amfibi, dan reptilia yang menyerap lendir dari sel-sel di permukaan tubuh inangnya.
- Kelas Turbellaria, yaitu kelompok hewan yang hidup bebas di perairan, tidak bersifat parasit, dan menggunakan rambut bergetarnya sebagai alat gerak.
- Kelas Trematoda, yakni jenis cacing pipih yang mempunyai alat isap dengan kait yang dimanfaatkan untuk menempelkan tubuh kepada inangnya agar tidak tercerna.
Reproduksi Platyhelminthes
Platyhelminthes bersifat hermafordit, atau memiliki 2 alat atau organ kelamin sekaligus. Filum ini memiliki testis untuk menghasilkan sperma dan ovarium yang menghasilkan sel telur.
Hal itulah yang membuat jenis filum ini dapat bereproduksi secara generatif, vegetatif, atau keduanya. Pada reproduksi generatif, terjadi pembuahan sel telur oleh sperma. Sementara, reproduksi vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi atau pemotongan beberapa bagian tubuh cacing.
Pada bagian tubuh baru, cacing akan melakukan regenerasi hingga menjadi individu baru yang lengkap. Salah satu contoh yang melakukan reproduksi dengan fragmentasi adalah Planaria.
Jenis Penyakit yang Disebabkan Platyheminthes
1. Skistosomiasis
Penyakit ini disebabkan oleh Genus Schistosoma yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia.Jika cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, hal ini dapat memicu kerusakan jaringan dan organ.
Mulai dari kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia akan terkena dampaknya. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia.
2. Kekurangan Darah
Genus berikutnya adalah Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya.Spesies ini dapat menghisap darah manusia, sehingga dapat menyebabkan penyakit kekurangan darah dan gangguan pembuluh darah.
3. Infeksi Cacing Pita
Infeksi cacing pipih dapat ditemukan pada hewan. Misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut.
Itulah pembahasan platyhelminthes, filum berperan sebagai parasit di lingkungannya. Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar